Menanam Sayur, Menunjang Gizi
September 23, 2024Lansia Semangat Mengikuti Posyandu Lansia
Oktober 8, 2024Memanfaatkan Tebing Menjadi Lahan
Desa Kangeli yang berada di dalam Kecamatan Lewa Tidahu memiliki kekayaan alam, termasuk tanaman herbal dan pangan lokal. Dengan mayoritas penduduknya yang bermata pencaharian sebagai petani, UPKM/CD Bethesda YAKKUM hadir dengan program Peningkatan Peran Masyarakat Sipil untuk Mencapai Sistem Pelayanan Kesehatan yang Berkualitas dengan memberikan pelatihan yang berinovasi dan memanfaatkan potensi yang ada di desa. Hingga saat ini, UPKM/CD Bethesda YAKKUM sudah melakukan pelatihan pembuatan obat tradisional, pengolahan pangan lokal, sosialisasi penyakit menular dan tidak menular yang diharapkan dapat membangkitkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kesehatan diri sendiri maupun orang lain.
Memunculkan inisiatif masyarakat merupakan capaian utama UPKM/CD Bethesda YAKKUM untuk menumbuhkan rasa memiliki akan alam dengan memanfaatkan lahan yang terbengkalai untuk dijadikan sebagai lahan produktif yang terus berkelanjutan. Itulah yang dilakukan salah satu TIM SALT bernama Mama Ponju. Dengan penuh semangat, Mama Ponju menanami lahan dengan berbagai tanaman setelah mendapatkan pelatihan pembuatan obat tradisional.
“Sudah di atas bukit di pinggir tebing, saya menggarap tebing ini sendiri saja. Memang saya ada anak, tetapi karena mereka sudah berumah tangga jadi saya sendiri saja yang bekerja. Mulai dari saya melakukan pemotongan tanaman liar, rumput-rumput liar, serta saya menggembur tanah untuk kami tanam tanaman yang berkhasiat obat. Di sini kami tanam ada kunyit, jahe dan sere. Kami juga membentuk lahan pangan lokal yang terdiri dari labu, jagung, ubi kayu dan kacang hijau. Kami pisahkan antara kedua jenis tanaman ini pada lahan yang sama," ungkap Mama Ponju.
Mama Ponju berkata bahwa menjadi seorang petani merupakan kebiasaannya setiap hari hanya untuk memenuhi kebutuhan, “Bisa dilihat saja, tebing ini kalau tidak digarap maka akan nganggur saja. Maka saya berusaha bagaimana caranya untuk membuat lahan ini bermanfaat untuk saya dan keluarga. Hasil kebun saya jual ke pasar atau saya langsung bawakan ke Kota Waingapu untuk dijualkan di sana," kata Mama Ponju sambil tersenyum.
Awalnya Mama Ponju mendapatkan motivasi untuk berkebun pada saat melakukan kunjungan rumah serta diskusi pertemuan dusun. Dalam kunjungan rumah dan diskusi pertemuan dusun, masyarakat diajak untuk mampu berinovasi dengan lahan yang ada di sekitar. Selain itu, masyarakat juga harus mampu untuk mengembangkan potensi yang ada, karena tidak mungkin ada orang diluar sana yang membawa dampak kalau bukan kita sendiri yang bekerja.
“Ketika UPKM/CD Bethesda YAKKUM masuk ke Desa Kangeli dan menjadikan saya sebagai tim SALT, dimana saya harus melakukan kunjungan rumah untuk menggali informasi tentang potensi yang ada di Desa Kangeli, saya berpikir bahwa saya sebagai tim SALT harus menjadi contoh untuk masyarakat lainnya," kata Mama Ponju, “jadi, kalau diskusi membahas kebun gizi atau memanfaatkan pekarangan yang ada untuk menjadikan sebagai lahan kebutuhan keluarga sebagai penambah ekonomi rumah tangga tidak hanya sekedar omong-omong saja, tetapi harus ada bukti yang sudah kita kerjakan. UPKM/CD Bethesda YAKKUM memberikan saya motivasi serta mendorong kami masyarakat Desa Kangeli untuk membuat kebun gizi. Maka saat ini saya sudah mengolah lahan saya untuk pemenuhan kebutuhan keluarga saya," kata Mama Ponju dengan penuh semangat memperlihatkan lahannya.
Sebelum tebing yang disulap menjadi lahan kebun gizi, awalnya UPKM/CD Bethesda YAKKUM melakukan pelatihan pembuatan minyak urut dan minuman imun instan (kunyit dan jahe). Mama Ponju merupakan peserta pada kegiatan tersebut
“UPKM/CD Bethesda YAKKUM sudah melatih kami untuk membuat minyak urut dan instan imun. Saat itu kami melakukan pelatihan di rumah Kepala Desa. Saya memantau ini merupakan hal baru bagi saya dan akan membawa dampak yang sangat baik untuk kami masyarakat di Desa Kangeli," kata Mama Ponju bangga.
Maka tumbuhlah inisiatif Mama Ponju untuk memikirkan bagaimana cara untuk mengembangkan bahan-bahan pembuatan herbal itu. Lahan di rumah Mama Ponju tidak mencukupi untuk menanam tanaman herbal yang dibutuhkan. Sebagai langkah tindak lanjut, Mama Ponju mencoba untuk memanfaatkan tebing di belakang rumahnya untuk dijadikan sebagai lahan herbal. Tidak hanya herbal, Mama Ponju juga memanfaatkan lahan itu untuk ditanami tanaman pangan lokal, sehingga pengembangan lahan itu terus berlanjut. Sebagai kesimpulan, Mama Ponju adalah seorang champion yang memiliki kerindungan dan keinginan yang tinggi untuk mengambangkan potensi yang ada di desa. Tebing dan bebatuan bukan halangan Mama Ponju untuk bergerak. Sebagai perempuan tangguh, Mama Ponju harus mampu berinovasi dan menjadi contoh untuk masyarakat lainnya. (Rizaldy Radjah)