Semangat Tulus Nutrisionis Puskesmas Mebung Tingkatkan Sinergitas Stakeholder
Juli 29, 2024Sabun Herbal Tetalising Desa Dapitau
Agustus 5, 2024WPA Bener, Sang ‘Juara Gender’
Upahmu besar di surga’ merupakan ungkapan yang tepat untuk diberikan kepada kader dalam melakukan pelayanan di masyarakat. Pasalnya, mereka melakukan pekerjaan ini secara sukarela, penuh ketulusan, dan tanpa ‘digaji’. Namun, perjuangan yang dilakukan tanpa pamrih itu ternyata juga mendapatkan apresiasi atas jerih payah mereka. Warga Peduli AIDS (WPA) dari Kelurahan Bener, contohnya, mendapatkan penghargaan dari sebuah kompetisi yang diselenggarakan oleh Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Pengendalian Penduduk (DP3AP2KB) Kota Yoyakarta. Lantas apa saja yang telah dilakukan oleh WPA Bener dalam memenangkan kompetisi ini? Program apa yang mereka lakukan sehingga WPA Bener menjadi unggul?
Bener adalah sebuah kelurahan yang terletak di Kemantren Tegalrejo. Kantor Kelurahan Bener berada di jalan Bener No 48 Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta. Di wilayah Bener ada suatu kelompok Peduli AIDS yang bernama Warga Peduli AIDS (WPA) “BENSAE” singkatan dari Bener, Sehat, Amanah, Empati.
WPA BENSAE bermula dari sekelompok orang yang peduli tentang isu HIV dan AIDS yang kemudian juga berkembang ke isu kesetaraan gender. Meski WPA banyak bergelut dalam isu HIV dan AIDS namun mereka juga melihat beberapa problem yang sering terjadi di wilayah Bener seperti diskrimasi di masyarakat karena keterkaitan dengan status gender mereka. Di wilayah Kelurahan Bener terdapat suatu tempat dimana ada komunitas lansia, anak-anak dan kelompok rentan seperti pemulung, pengamen, pengemis dan transpuan dengan tantangan masing-masing.
Kasus Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender (LGBT) sering menjadi isu yang hangat diperbincangkan. Transpuan atau waria merupakan salah satu yang termasuk dalam kelompok transgender. Masih ada masyarakat yang menolak adanya transpuan di lingkungan mereka bahkan penolakan tersebut juga dilakukan oleh anggota keluarganya. Masyarakat memiliki pandangan bahwa peran dan perilaku antara laki-laki dan perempuan tidak sama.
Masyarakat umumnya memiliki pandangan bahwa perempuan dituntut dan dididik untuk berperilaku feminis, memiliki rasa kasih sayang dan memiliki sifat yang lemah lembut. Sedangkan laki-laki dituntut dan dididik untuk berperilaku maskulin, tangguh dan harus bisa memimpin perempuan. Adanya transpuan tentu saja tidak sesuai dengan perilaku yang diharapkan oleh masyarakat. Kehidupan waria diidentikkan dengan kekerasan dan perilaku buruk.
Terdapat beberapa hambatan atau problem yang dialami transpuan. Permasalahan utama yang dihadapi transpuan adalah rendah diri sebagai akibat adanya penolakan dari lingkungan keluarga. Permasalahan selanjutnya yaitu adanya keterbatasan untuk bersosialisasi dan berinteraksi dengan masyarakat. Hal ini menyebabkan sebagian besar transpuan lebih memilih untuk berinteraksi dan bersosialisai dengan sesama transpuan dalam satu komunitas guna mengantisipasi adanya penolakan masyarakat.
Demikian juga dengan keberadaan lansia yang sering ditelantarkan oleh anggota keluarganya. Saking sibuknya anak-anaknya bekerja ataupun keluarganya berada jauh di luar kota atau bahkan di luar pulau sehingga lansia tidak diurus atau dititipkan di panti jompo. Selain itu, ada lansia sebatang kara yang memang sudah tidak mempunyai keluarga di dekat tempat tinggalnya sehingga untuk kebutuhan sehari-harinya tergantung dari pemberian masyarakat setempat.
Ada juga anak anak yang orang tuanya menjadi pemulung sehingga otomatis anak- anaknya pun akan diajak bekerja sebagai pemulung. Padahal usia mereka masih usia sekolah dan seharusnya mengenyam pendidikan seperti halnya anak seusia mereka.
Sebagai warga yang peduli dengan lingkungan sekitarnya, WPA BENSAE melalui pertemuan rutin yang kerap diadakan kemudian tergerak untuk membantu dengan cara menghubungkan ke pihak-pihak terkait. Hal ini juga yang menjadi pemicu WPA BENSAE untuk mengikuti lomba Gender Champion yang diadakan oleh Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Kota Yogyakarta.
Gender Champion adalah penghargaan yang diberikan kepada mereka yang berkomitmen besar dalam mewujudkan keadilan dan kesetaraan gender di DIY. Mereka berjuang untuk meningkatkan kualitas hidup perempun, anak, lansia, penyandang disabilitas, dan masyarakat miskin serta mampu bekerja sama dengan berbagai pihak dalam mewujudkan kesetaraan gender dan keadilan.
DP3AP2KB Kota Yogyakarta menyelenggarakan Pemilihan Gender Champion untuk memberikan apresiasi bagi individu, masyarakat/komunitas/kelompok, pelaku dunia usaha, Organisasi Perangkat Daerah (OPD) dan juga Aparatur Sipil Negara yang peduli akan perkembangan dan kemajuan pengarusutamaan gender dan mendorong atau memberikan kontribusi untuk pencapaian kesetaraan gender di kota Yogyakarta. Para peserta yang berminat dapat melakukan pendaftaran melalui link yang telah disediakan panitia.
Perwakilan WPA BENSAE, Natalita Indriyati mengatakan bahwa semenjak bergabung menjadi Pengurus WPA Bener, ia semakin mempunyai ketertarikan tentang isu gender karena UPKM/CD Bethesda YAKKUM juga menggeluti isu tersebut. Melalui berbagai kegiatan yang dia ikuti, Indri, demikian panggilan akrabnya, mendapatkan segala informasi yang ia perlukan, termasuk pengetahuan tentang gender. Banyak hal positif yang ia dapatkan dengan bergabung menjadi WPA.
Bermodalkan niat dan tekad maka WPA BENSAE tergaerak untuk mengikuti ajang lomba Gender Champion yang diadakan Pemerintah Kota Yogyakarta tersebut. WPA BENSAE kemudian melakukan pendaftaran dan mendownload formulir yang berisikan tentang identitas kelompoknya.
Setelah melakukan pengisian semua formulir, kemudian WPA BENSAE mengirimkan aplikasi tersebut dan menunggu untuk pengumuman selanjutnya. Perlu menunggu kurang lebih 1-2 minggu, sebelum akhirnya WPA BENSAE mendapatkan informasi berupa surat undangan untuk mengikuti wawancara dengan para juri perlombaan tersebut. Semua proses yang diikuti dari awal sesuai dengan alurnya itu akhirnya membuahkan hasil dengan terpilihnya WPA BENSAE sebagai Juara I Gender Champion 2023 Kategori Komunitas.
“Penghargaan ini surprise untuk saya dan WPA Bener karena selama ini kami melakukan kegiatan dengan senang hati, tidak merasa tebebani apa-apa, dan tidak mengharapkan apa-apa,” ungkap Indri. “Keberadaan WPA Bener BENSAE harus dapat berperan sebagai penggerak kesetaraan gender dan inklusi untuk membantu menciptakan lingkungan yang lebih aman dan mendukung bagi individu dengan beragam identitas gender dan seksualitas dengan mengedukasi masyarakat remaja, kaum muda, tokoh agama dan tokoh masyarakat, tentang isu-isu gender.“
Indri berharap, WPA BENSAE dapat terus membantu meningkatkan kesadaran dan pemahaman, mengurangi stereotip negatif dan menghindari diskriminasi gender.
(Cicik Puspitaningsih)