Aktif Menjadi WPA karena Pengalaman di Masa Lalu
Juli 29, 2024WPA Bener, Sang ‘Juara Gender’
Agustus 5, 2024Semangat Tulus Nutrisionis
Puskesmas Mebung Tingkatkan Sinergitas Stakeholder
Yasinta Alfolinda Manu, A.Md.Gz, adalah seorang nutrisionis di Puskesmas Mebung, yang pernah mengenyam pendidikan di Akademi Ilmu Gizi (AIGI) Makassar. Yasinta yang lahir di Kota Kalabahi, Alor memiliki darah keturunan dari Nagekeo, Nusa Tenggara Timur. Ia menunjukkan ketulusan dan kepedulian yang besar terhadap masa depan, anak-anak khususnya untuk para balita di wilayah pelayanan Puskesmas Mebung, Kecamatan Alor Tengah Utara.
Walaupun sudah berkeluarga dan memiliki 2 orang anak, Ibu Sinta, demikian ia biasa disapa oleh para orangtua balita di Posyandu, sangat memperhatikan urusan gizi balita. Dia memilih untuk mendampingi para balita gizi buruk di desa – desa yang berada di wilayah kerjanya, walaupun harus di tempuh dengan sepeda motor menyusuri daerah perbukitan yang tinggi dan curam. Ada 5 desa yang menjadi fokus pelayanannya, yaitu Desa Lembur Barat, Lembur Tengah, Likwatang yang berada di pesisir pantai, Desa Dapitau dan Desa Kafakbeka yang berada di daerah perbukitan.
Sudah 13 tahun mengabdikan diri sebagai tenaga kesehatan gizi dan pernah meraih penghargaan sebagai Nutrisionis Teladan di tingkat kabupaten, ternyata ada banyak persoalan balita gizi buruk yang masih ditemui di wilayah pelayanannya yang baru. Persoalan tersebut diantaranya adalah pola perilaku dan pola asuh anak yang belum memenuhi standar yang benar, kebersihan lingkungan yang kurang baik, serta perekonomian keluarga yang rata- rata di bawah garis kemiskinan.
Memulai pelayanannya di Puskesmas Mebung pada Tahun 2020, ada begitu banyak temuan anak stunting dan gizi buruk yang didapat beserta tantangan yang dihadapi. Namun, hal itu tidak menurunkan semangatnya dalam terus berinovasi dan membantu mereka keluar dari persoalan stunting dan gizi buruk di Kabupaten Alor. “Mulai dari orangtua yang acuh dan tidak mau berkomitmen membeli bahan pembuatan formula, jarak jangkau ke rumah balita gizi buruk yang harus menempuh jalan yang rusak dan menaiki perbukitan curam, kurangnya kerja sama lintas sektor di tingkat bawah, lingkungan rumah yang tidak bersih serta sistem layanan 5 Meja di Posyandu yang belum berjalan dengan baik, sangat menyulitkan saya untuk melakukan inovasi dan pemantauan kepada balita gizi buruk tersebut," tuturnya.
Berawal dari ketekunan, ketulusan, inovasi, kerjasama dan mengupayakan penggunaan sumber daya dan potensi di desa yang maksimal, akhirnya membuahkan hasil. Melaui kolaborasi lintas sektor, nampak mulai ada titik terang perubahan di tahun 2022 dan 2023.
Dimulai dari melakukan sosialisasi tentang pola perilaku dan pola asuh anak, kebutuhan asupan gizi pada anak, inovasi pembuatan PMT di Posyandu berbasis pangan lokal, dan meningkatkan kualitas layanan di Posyandu. Rangkaian kegiatan tersebut dilakukan melaui kerja sama dengan LSM, Pemerintah Desa, Kader Posyandu, PKK, Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa. Peningkatan layanan ini melalui kegiatan-kegiatan peningkatan kapasitas kader meliputi pelatihan penggunaan alat antropometri dan sistem layanan 5 meja di Posyandu, pelatihan merancang menu PMT di Posyandu dan pembuatan menu gizi seimbang bagi kader Posyandu dan PKK Desa. Selain itu juga melakukan sosialisasi tentang pemberian makanan bagi anak dan balita serta melatih para bidan desa, orangtua cara membuat Formula F-75, F-100 untuk balita gizi buruk yang kesemuaannya dilakukan di desa, Poskesdes, Posyandu dan bahkan rumah-rumah para orang tua balita, baik dilakukan di siang maupun malam hari. Untuk mengupayakan sebuah perubahan ke arah yang lebih baik tentunya butuh kerja yang sangat ekstra, ketekunan serta ketulusan hati. Saat ini mereka juga ada impian untuk membuat rumah singgah stunting dan gizi buruk.
“Dari hasil ini, tentunya tidak menurunkan semangat saya bahkan tidak pernah mengeluh sedikitpun tentang biaya transportasi ataupun biaya pendukung lainnya tetapi terus membawa saya untuk memiliki kemauan belajar bersama masyarakat di desa. Bahkan lembaga pemerintah dan swasta yang ada di desa, kita cetak bersama-sama menuntaskan kasus stunting dan gizi buruk di Wilayah Kabupaten Alor, Khususnya Desa Lembur Barat, Likwatang, Dapitau dan Kafakbeka," tuturnya.
“Cita-cita saya sederhana, semua anak-anak Indonesia harus sehat, tidak ada lagi ibu yang kehilangan anak karena Stunting dan gizi buruk. Mari buka tangan, buka hati semua stakeholder yang ada di desa dan kabupaten untuk selamatkan para balita masa depan bangsa," harapan Ibu Sinta dengan penuh semangat.
(MexLilong)