Desa Liktawang Gunakan Dana Desa Atasi Stunting dan Gizi Buruk
Juli 22, 2024Aktif Menjadi WPA karena Pengalaman di Masa Lalu
Juli 29, 2024WPA Menjadi Corong Upaya Pengendalian HIV dan AIDS Di Desa Leosama
Apa yang harus kita lakukan untuk mereduksi stigma dan diskriminasi pada ODHIV yang masih terjadi di masyarakat? Edukasi HIV dan AIDS secara masif bisa menjadi jawabannya. Warga Peduli AIDS (WPA) menjadi edukator paling strategis karena kedekatannya dengan masyarakat. Hal itulah yang disadari dan dilakukan oleh WPA Desa Leosama, Kabupaten Belu, NTT. Edukasi yang mereka lakukan mampu mengubah pola pikir masyarakat menjadi lebih terbuka terhadap isu HIV dan menerima ODHIV sebagai bagian dari masyarakat.
Warga Peduli AIDS (WPA) Desa Leosama adalah komunitas yang dibentuk oleh UPKM/CD Bethesda YAKKUM bersama Pemerintah Desa Leosama pada tahun 2019. Kelompok ini dibentuk sebagai usaha melibatkan warga masyarakat untuk turut serta dalam proses pencegahan dan penanggulangan HIV dan AIDS di desa.
Tantangan awal dalam proses pembentukan WPA di Leosama yaitu adanya pola pikir masyarakat yang awalnya melihat orang dengan HIV (ODHIV) sebagai orang dengan penyakit yang harus dijauhkan dan malah bila perlu dikucilkan dari pergaulan. Belum lagi stigma bahwa HIV dan AIDS merupakan “kutukan” sehingga orang yang terkena HIV harus dijauhi dan tidak boleh diberi tempat dalam hidup sehari-hari di masyarakat. Hal-hal ini menjadi batu sandungan yang besar dalam perjalanan panjang pembentukan WPA.
Setelah melewati proses dengan mengikuti berbagai pelatihan dan kegiatan yang diselenggarakan oleh UPKM/CD Bethesda YAKKUM maka akhirnya pardigma berpikir itu perlahan-lahan berubah. Anggota WPA sadar bahwa orang-orang yang terinfeksi HIV bukanlah mereka yang harus dijauhi tetapi harus dirangkul. Mereka adalah orang-orang yang membutuhkan perhatian karena bukan hanya sakit secara medis tetapi juga mendapatkan tekanan psikis berupa penolakan dan penguncilan yang dialami dalam lingkungan keluarga dan masyarakat.
“Suatu kebahagian tersendiri bagi saya untuk melihat proses tumbuh kembang WPA di Desa Leosama. Ada rasa senang dan terkagum-kagum dengan proses panjang dari komunitas ini dalam upaya pencegahan dan penanggulangan penularan HIV dan AIDS di Desa Leosama,” ungkap salah seorang kader WPA Desa Leosama.
Sekarang, WPA sudah menjadi corong di Desa Leosama dalam upaya pengendalian HIV dan AIDS. Berbagai kegiatan yang dilakukan mulai dari membangun pemahaman bersama tentang HIV dan AIDS, memberikan informasi HIV dan AIDS kepada semua kalangan masyarakat, menjangkau kelompok risiko tinggi di desa untuk pemeriksaan HIV, mendampingi ODHIV untuk mendapatkan pengobatan dan patuh konsumsi ARV. WPA bahkan melakukan advokasi dan membangun jaringan untuk memperjuangkan penganggaran dari Dana Desa yang dikhususkan untuk upaya pencegahan dan penanggulangan HIV dan AIDS.
Saat ini, masyarakat Desa Leosama sudah menganggap biasa pembahasan HIV dan AIDS sehingga tidak menjauhi dan mengucilkan ODHIV. Bahkan, orang dengan HIV diberikan kesempatan untuk menjadi pemimpin wilayah seperti Kepala Dusun, perangkat desa dan sebagainya. Pemerintah desa setempat juga sudah memberi dukungan keberadaan WPA dengan berbagai kegiatan yang dilakukan di desa. Sudah ada realisasi anggaran Dana Desa di tahun 2023 untuk kegiatan pendidikan HIV dan AIDS bagi orang-orang muda di Desa Leosama. Selain itu, sudah ada dalam rencana anggaran Dana Desa tahun 2024 untuk kegiatan pendidikan HIV dan AIDS bagi masyarakat dan juga untuk pemberdayaan WPA dan ODHIV melalui pemberian modal usaha bagi kelompok untuk usaha minyak urut dan pangan lokal.
Terkait upaya mewujudkan Indonesia Bebas AIDS di 2030, keterlibatan semua pihak sangat dibutuhkan. Keberadaan WPA Leosama yang sudah berjalan kurang lebih 4 tahun ini menjadi modal besar untuk terus melakukan tugas dan perannya di desa untuk pengendalian HIV dan AIDS. Dukungan Dana Desa dalam membiayai kegiatan WPA juga menjadi penyemangat bagi anggota WPA dalam melakukan kegiatan di desa. WPA Desa Leosama berkomitmen agar bisa mandiri melalui usaha minyak urut dan pangan lokal yang saat ini dilakukan.
(Almada Lasi)