Inovasi Pengolahan Pangan Lokal di Posyandu
Juli 17, 2024Desa Liktawang Gunakan Dana Desa Atasi Stunting dan Gizi Buruk
Juli 22, 2024Tak Hanya Hangat dan Menyehatkan,
Ada Khasiat Ekonomi dari Minyak Urut
Jangan remehkan potensi yang ada di sekitar masyarakat. Berbagai sumber daya bisa diolah menjadi produk yang berkualitas. Salah satunya minyak urut yang diproduksi dari tanaman herbal di Desa Silawan, Kabupaten Belu, NTT. Agustina Rouk, Kader Warga Peduli AIDS (WPA) di desa tersebut mampu melihat potensi yang luar biasa dari sumber daya yang ada di sekitarnya. Berbekal keterampilan yang didapatkan, ia bisa memproduksi minyak urut yang saat ini cukup diminati masyarakat.
“Saya merasa senang sekarang karena sudah bisa memproduksi minyak urut sendiri yang banyak diminati oleh pelanggan,” ungkap Agustina Rouk. Awalnya ia memproduksi minyak urut herbal dalam jumlah yang sedikit, tetapi karena permintaan datang setiap hari maka ia selalu menyiapkan persediaan tambahan. “Saya tidak takut lagi untuk memproduksi minyak urut dalam jumlah yang banyak karena setiap hari pasti selalu ada yang membeli,” jelasnya.
Agustina Rouk berasal dari Desa Silawan. Dia dikenal sebagai kader kesehatan, WPA dan Orang Muda Katolik (OMK) yang aktif di lingkungannya. Ia tinggal bersama anak laki-lakinya yang sekarang masih duduk di bangku SD. Anaknya sering membantu mencari bahan tanaman untuk digunakan dalam membuat minyak urut dan mengantarkan kepada pelanggan.
Agustina pernah mendapatkan pelatihan pembuatan minyak urut dari UPKM/CD Bethesda YAKKUM. Melalui pelatihan itu, ia mendapatkan pengetahuan baru dan keterampilan untuk membuat minyak urut dari tanaman-tanaman herbal yang ada seperti patah tulang, ganda rusa, dan daun kecubung. Agustina menjadi tahu manfaat dari tanaman herbal bagi kesehatan. Setelah mengikuti pelatihan tersebut, ia berinisiatif untuk mengadakan praktik bersama di rumah salah satu kader WPA.
Sebenarnya pembuatan minyak urut ini dilakukan secara kelompok tetapi karena kesibukan kader WPA yang lain, ia sering membuatnya sendiri. Agustina sempat mengalami kesulitan, ia tidak mampu membeli bahan produksi karena keterbatasan uang. Selain itu, ia juga kewalahan dalam pengadaan botol dan label botol namun ia terus berusaha. Agustina bersama teman-teman WPA melakukannya secara swadaya. Mereka pernah membeli minyak kelapa sebanyak dua botol air mineral ukuran sedang yang dibuat menjadi minyak urut dan semuanya habis terjual.
Sekarang minyak urut buatannya sudah semakin laris dan banyak diminati oleh pelanggan. Pelanggannya merasa puas dan selalu memesan kembali. Mereka juga mengatakan bahwa minyak urut buatannya cocok digunakan untuk semua kalangan, baik orang dewasa maupun anak kecil.
Agustina berharap usahanya bisa lebih berkembang dan semakin dikenal masyarakat, mendapatkan tambahan modal dan memiliki izin usaha. Dia juga bersemangat untuk turut menyebarluaskan keterampilan cara membuat minyak urut kepada orang lain.
(Agnes Silkono)