Posyandu Jangan Sampai di Ujung Tanduk
Juli 8, 2024Inovasi Pengolahan Pangan Lokal di Posyandu
Juli 17, 2024Warga Peduli AIDS,
Potret Partisipasi Masyarakat Dalam Isu HIV dan AIDS
Partisipasi masyarakat menjadi salah satu kunci utama keberhasilan program pengendalian HIV dan AIDS. Program yang sudah dilaksanakan oleh pemerintah masih menemui banyak tantangan karena keterbatasan sumber daya untuk menjangkau masyarakat sampai ke level yang paling bawah. Dibutuhkan peran aktif masyarakat untuk turut berkontribusi dalam perluasan cakupan program. Warga Peduli AIDS (WPA) menjadi wadah partisipasi masyarakat dan memiliki peran besar dalam program pengendalian HIV dan AIDS. Dukungan apa yang bisa diberikan kepada WPA agar mereka dapat terus eksis menjalankan perannya?
WPA merupakan kelompok masyarakat yang memiliki kepedulian terhadap isu HIV dan AIDS. Anggotanya terdiri dari berbagai unsur di masyarakat dan bisa dibentuk di tingkat Desa atau Kelurahan, Dusun, Blok dan tingkatan sejenis di lingkungan tempat tinggal warga. WPA mempunyai peran menggerakkan masyarakat untuk ikut serta terlibat secara langsung dalam upaya pencegahan dan penanggulangan HIV dan AIDS. Pembentukan WPA dimaksudkan agar upaya percepatan penanggulangan HIV dan AIDS dapat dilakukan secara terpadu dengan Program Pemberdayaan Masyarakat. Harapannya, masyarakat menjadi tahu, mampu, dan mau berpartisipasi dalam penanggulangan HIV dan AIDS di lingkungannya.
WPA dibentuk untuk melaksanakan peran edukasi HIV dan AIDS kepada masyarakat, mengidentifikasi kelompok risiko yang ada di lingkungannya dan menjaga situasi tetap kondusif jika ditemukan ODHIV di masyarakat. Berjalannya peran WPA seperti itu menjadi penting sebab permasalahan HIV dan AIDS ternyata tidak hanya di bidang medis, tetapi juga menyangkut faktor-faktor sosial kemasyarakatan termasuk nilai- nilai yang berkembang di masyarakat. Apalagi aktivitas yang berhubungan dengan penularan HIV selama ini berada dalam lingkungan masyarakat.
UPKM/CD Bethesda YAKKUM melalui Program Pengendalian Terpadu HIV dan AIDS di Kabupaten Belu dan Kota Yogyakarta secara konsisten terus berkomitmen untuk memberikan peningkatan kapasitas kepada WPA. Secara total, ada 16 WPA desa/kelurahan yang menjadi mitra UPKM/CD Bethesda YAKKUM, yaitu 8 di Kota Yogyakarta dan 8 di Kabupaten Belu. Secara formal, WPA di Kota Yogyakarta pernah dibentuk di setiap kelurahan, namun belum semua berperan aktif dalam pengorganisasian, pencegahan dan penanggulangan HIV dan AIDS. Disamping itu, adanya keterbatasan APBD sehingga belum dapat mengakomodir kerja-kerja WPA yang sudah dibentuk di tingkat kelurahan. Sementara di Kabupaten Belu, WPA yang sudah terbentuk belum semua memiliki Surat Keputusan (SK) yang ditetapkan Pemerintah Desa/Kelurahan sehingga implementasi kegiatan melalui WPA hanya berdasarkan kesepakatan.
UPKM/CD Bethesda YAKKUM melakukan proses pendampingan kepada WPA melalui serangkaian kegiatan yaitu pelatihan HIV dan AIDS, pelatihan teknik fasilitasi dengan metode Komunikasi Antar Pribadi (KAP), pelatihan herbal, pelatihan pijat urut, pelatihan pengolahan pangan lokal, pelatihan advokasi serta beberapa peningkatan kapasitas lainnya. Peningkatan kapasistas tersebut diharapkan dapat mendukung kerja-kerja WPA dalam memberikan edukasi kepada masyarakat.
Pelatihan HIV dan AIDS bagi WPA di Kota Yogyakarta dilaksanakan pada November 2019 sedangkan di Kabupaten Belu pada Desember 2019. Peserta yang mengikuti kegiatan adalah kader kesehatan yang ditunjuk oleh Lurah atau Kepala Desa untuk mendapatkan peningkatan kapasitas terkait HIV dan AIDS. Peserta pelatihan pertama ini diwakili oleh lima orang kader setiap desa/kelurahan yang selanjutnya ditunjuk sebagai pengurus WPA.
Proses pendampingan terus dilakukan kepada kader yang sudah dilatih agar mereka semakin percaya diri dalam memberikan edukasi HIV dan AIDS kepada masyarakat serta merujuk masyarakat yang memiliki risiko untuk melakukan tes HIV ke puskesmas. Selain memberikan peningkatan kapasitas, pendampingan dari UPKM/CD Bethesda YAKKUM juga dilakukan dalam rangka penguatan legalitas posisi WPA di dalam struktur desa/kelurahan. Advokasi terus dilakukan agar Kepala Desa/Lurah dapat menerbitkan Surat Keputusan (SK) pembentukan WPA sebagai bentuk dukungan kebijakan terhadap keberadaan mereka.
Saat ini, semakin banyak kader WPA yang sudah memiliki pengetahuan dan keterampilan yang mendukung peran serta mereka dalam penanggulangan HIV dan AIDS. Beberapa desa/kelurahan bahkan sudah melatih WPA sampai ke tingkat RW agar peran yang diemban dapat lebih mudah diimplementasikan di masyarakat dan memiliki jangkauan yang semakin meluas. Selain pengetahuan terkait HIV dan AIDS, WPA juga diberikan peningkatan keterampilan terkait penyehatan tradisional untuk dapat mendukung peningkatan kesehatan ODHIV yang didampingi.
Beberapa pelatihan keterampilan penyehatan tradisional yang pernah diberikan antara lain: pelatihan akupresur, herbal dan pijat urut tradisional untuk peningkatan stamina dan mengatasi efek samping ARV serta pelatihan pengolahan pangan lokal untuk peningkatan gizi ODHIV. Bahkan, beberapa keterampilan terkait penyehatan tradisional yang dimiliki juga digunakan sebagai pintu masuk untuk edukasi HIV dan AIDS kepada masyarakat. Pintu masuk melalui pelatihan keterampilan penyehatan tradisional menjadikan edukasi HIV dan AIDS dapat dilakukan kepada masyarakat sampai ke tingkat yang paling bawah.
(Ghanis Kristia)