Patah Stigma, Tumbuh Empati: Dukungan Layanan Kesehatan bagi Perempuan dengan HIV
Mei 14, 2024PDP Mendekat, Kesehatan ODHIV Meningkat
Mei 27, 2024Puskesmas Tegalrejo, “Rumah” Ramah Bagi ODHIV
Kepatuhan minum obat ARV bagi ODHIV tidak hanya bergantung pada ketersediaan layanan medis yang memadai. Ternyata, dukungan psikososial dari orang terdekat sangat efektif untuk keberlanjutan terapi ARV. Dokter Fajar sebagai salah satu tim pengelola Layanan HIV di Puskesmas Tegalrejo menyadari hal ini, sehingga ia menempatkan diri tidak hanya sebagai tenaga medis tetapi juga sebagai seorang sosok ibu yang memberikan dukungan psikososial bagi ODHIV.
Dokter Fajar bertugas di Puskesmas Tegalrejo sejak tahun 2020. Sebelumnya ia bertugas di Puskesmas Umbulharjo I Kota Yogyakarta. Selain sebagai dokter umum, perempuan dengan nama lengkap Fajar Wahyuni ini sekaligus sebagai penanggung jawab layanan HIV.
Sejak bertugas di Puskesmas Umbulharjo I, Dokter Fajar juga sebagai penanggungjawab layanan HIV. Hingga kini, ia dikenal sebagai salah satu dokter yang aktif dan berpengalaman dalam layanan HIV, khususnya di Kota Yogyakarta. Dia juga turut berjasa dalam perjuangan puskesmas di Kota Yogyakarta dalam merintis Layanan Perawatan, Dukungan dan Pengobatan (PDP) HIV. Selain itu, Dokter Fajar juga pernah menjadi Tim Pelatih Layanan PDP untuk wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta.
Kepedulian Dokter Fajar tidak lepas dari kondisi HIV dan AIDS di Kota Yogyakarta. Sejak pertama kali ditemukan di tahun 1994 kasus HIV di Yogyakarta terus mengalami peningkatan. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, sejak 1993 hingga Desember 2023 jumlah kasus HIV mencapai 1.583 kasus dengan jumlah kematian 74. Jumlah ini meningkat dibandingkan data Desember 2019 sebesar 1.278 kasus. Awalnya penemuan kasus hanya dilakukan di rumah sakit di Kota Yogyakarta. Sekitar tahun 2006, beberapa puskesmas di Yogyakarta sudah dapat melakukan tes HIV tetapi belum bisa melakukan pengobatan lebih lanjut sehingga harus dirujuk ke rumah sakit. Oleh karena jumlah pasien yang harus dirujuk ke rumah sakit semakin banyak, pada tahun 2016 untuk pertama kalinya beberapa puskesmas yaitu Puskesmas Gedongtengen, Umbulharjo 1 dan Mantrijeron mulai menerapkan Layanan PDP bagi ODHIV. Satu tahun kemudian penerapan Layanan PDP diikuti oleh puskesmas Tegalrejo.
Tercatat sampai dengan tahun 2023, 450 orang pernah mengakses layanan HIV di Puskesmas Tegalrejo. Berdasarkan data terkini, kasus baru yang ditangani sudah sebanyak 390 orang. Kebanyakan kasus HIV terjadi di rentang usia remaja yakni 20-25 tahun dan lebih didominasi laki-laki. Sampai dengan saat ini, ODHIV yang tercatat aktif mengakses ARV di puskesmas ini sebanyak 250 orang.
Puskesmas Tegalrejo sejak tahun 2019 merupakan salah satu puskesmas mitra UPKM/CD Bethesda YAKKUM dalam Program Pengendalian Terpadu HIV dan AIDS di Kota Yogyakarta. Sudah banyak kerjasama yang dilakukan antara UPKM/CD Bethesda YAKKUM dengan Puskesmas Tegalrejo. Kegiatan yang pernah dilakukan antara lain pendidikan HIV dan AIDS bagi masyarakat di wilayah Kemantren Tegalrejo, VCT mobile, Pelatihan Pemeriksaan Infeksi Menular Seksual (IMS), koordinasi rutin data LFU dengan Dinas Kesehatan, dan pembuatan media edukasi. Saat pembuatan media edukasi, Dokter Fajar menjadi salah satu tokoh dokter dalam pesan kampanye melalui banner yang dibuat UPKM/CD Bethesda YAKKUM.
Layanan LKB Puskesmas Tegalrejo
Kerjasama dan kemitraan yang dilakukan bersama UPKM/CD Bethesda YAKKUM diharapkan dapat membantu meningkatkan kualitas layanan Puskesmas Tegalrejo untuk mencapai target three zero HIV dan AIDS di tahun 2030. Upaya mewujudkan target three zero tersebut perlu strategi pencegahan, perawatan, dukungan dan pengobatan HIV dan AIDS yang tidak hanya dilakukan oleh layanan medis saja tetapi juga harus didukung dari semua pihak terkait.
Strategi implementasi Layanan HIV dan AIDS yang Komprehensif dan Berkesinambungan (LKB) menuntut keterlibatan yang bermakna dari semua pihak, baik pemerintah, swasta, maupun masyarakat (kader, LSM, kelompok dampingan sebaya, ODHIV, keluarga, tokoh adat, tokoh agama, tokoh masyarakat serta organisasi/kelompok yang ada di masyarakat). Layanan ini akan memberikan dukungan baik secara aspek manajerial, medis, psikologis maupun sosial untuk ODHIV selama perawatan dan pengobatan dalam mengurangi atau menyelesaikan permasalahan yang dihadapi ODHIV.
Puskesmas Tegalrejo juga melakukan upaya-upaya meningkatkan keterlibatan masyarakat melalui pendidikan dan sosialisasi yang dilaksanakan bersama kader kesehatan yang tergabung dalam Warga Peduli AIDS (WPA). Puskesmas Tegalrejo juga bekerjasama dengan Pendamping Sebaya (PS) untuk melakukan notifikasi pasangan. Salah satu praktik baik yang sudah dilakukan Puskesmas Tegalrejo dalam upaya mewujudkan LKB adalah menginisiasi pertemuan koordinasi lintas sektor dengan dana puskesmas untuk menyelesaikan salah satu kasus penolakan ODHIV di wilayah Kelurahan Kricak pada Februari 2023.
Layanan puskesmas Tegalrejo yang ramah, membuat ODHIV merasa nyaman untuk melakukan terapi ARV dan pengobatan lainnya. Sebagai penanggungjawab program HIV di Puskesmas Tegalrejo, Dokter Fajar menyatakan tidak mudah untuk mengubah layanan menjadi ramah bagi ODHIV. Salah satu upaya yang dilakukan yaitu memberi pemahaman dan melibatkan langsung tenaga kesehatan dalam melayani kelompok risiko tinggi, populasi kunci, dan ODHIV. Dokter Fajar juga memberikan nilai-nilai baik kepada tenaga kesehatan sehingga mereka dapat memahami kondisi klien dan menumbuhkan empati sehingga dapat memberikan dukungan yang baik. Puskesmas Tegalrejo dibuat layaknya rumah yang memberikan suasana yang ramah, aman, dan nyaman bagi ODHIV dalam melakukan terapi dan pengobatan.
Dokter Fajar sendiri menerapkan pendekatan konseling dengan bahasa yang mudah dipahami bagi ODHIV yang melakukan konsultasi kepada dirinya. Tidak hanya berbicara secara medis, dia juga menjadi teman berbagi cerita tentang kondisi keseharian ODHIV. Dokter Fajar menjadi tempat curhat tentang hambatan atau kendala yang dihadapi ODHIV dalam berinteraksi dengan lingkungan sosial, bahkan keluh kesah biasa. Mengingat sebagian besar ODHIV yang berkonsultasi memiliki usia relatif muda, sehingga Dokter Fajar lebih sering dilihat sebagai sosok seorang ibu bagi mereka.
(Fajar Jalu Lintang)